2,770 research outputs found

    Analisis Sungai Tiung Dalam Rangka Pengendalian Banjir

    Full text link
    Banjir di DAS Tiung terjadi akibat meluapnya Sungai Tiung karena penampang sungai mengalami pendangkalan dan penyempitan. Penyebabnya berkaitan erat dengan kegiatan pendulangan intan yang tidak terkendali, mengakibatkan tanah menjadi gersang dimana resisten terhadap erosi, sehingga mengalirkan endapan ke alur sungai. Oleh karena itu diperlukan studi untuk menentukan besar debit banjir rencana dalam periode 25 tahun, sekaligus meninjau profil muka air sungai terhadap kondisi eksisting, yang akhirnya dapat dijadikan acuan dalam USAha pengendalian banjir.Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis sungai tiung dalam rangka pengendalian banjir, dalam menganalisis Sungai Tiung ini, diperlukan beberapa analisis seperti analisis hidrologi yang mencakup analisis curah hujan maksimum dengan metode Probabilitas Frekuensi (Log Normal,Gumbel dan Log Pearson Tipe III) dan analisis debit banjir rancangan dengan metode empiris seperti metode Rasional praktis,Hasper, Der Weduwen, dan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu.Pada analisis hidrolika , dalam penentuan elevasi muka air dan dimensi saluran normalisasi untuk debit periode 25 tahun digunakan program bantu Hec-Ras 3.0. Sedangkan analisis stabilitas lereng didukung dengan program bantu Xstable yang mengacu pada Modified Bishop Method.Hasil analisis hidrologi memperlihatkan besar banjir periode 25 tahun menunjukkan harga debit sebesar 54,826 m3/d dan berdasarkan hasil analisis hidraulika, besarnya dimensi saluran normalisasi untuk periode tersebut adalah 9 m (lebar dasar) dan 3,6 m (tinggi saluran) dengan talud 1: 1,5. Jarak air yang melimpas di kiri dan kanan tepi alur sungai diprediksi sebesar 8,12 m untuk periode ulang 50 tahun. Nilai keamanan terhadap keruntuhan lereng (SF) diperoleh 2,33 untuk bagian hulu dan 1,903 untuk bagian hilir dengan menggunakan program Xstable

    Current Results from the RRFID Kinematic Survey: Apparent Speeds from the First Five Years of Data

    Full text link
    We present current results from our ongoing project to study the parsec-scale relativistic jet kinematics of sources in the U.S. Naval Observatory's Radio Reference Frame Image Database (RRFID). The RRFID consists of snapshot observations using the VLBA plus up to 9 additional antennas at 8 and 2 GHz. The Image Database currently contains about 3000 images of 450 sources from 1994 to 2004, with some sources having images at 20 epochs or more. We have now completed analysis of the 8 GHz images for all sources observed at 3 or more epochs from 1994 to 1998. The completed analysis comprises 966 images of 87 sources, or an average of 11 epochs per source. Apparent jet speeds have been measured for these sources, and the resulting speed distribution has been compared with results obtained by other large VLBI surveys. The measured apparent speed distribution agrees with those found by the 2 cm survey and Caltech-Jodrell Bank (CJ) survey; however, when a source-by-source comparison is done with the 2 cm survey results, significant disagreement is found in the apparent speed measurements for a number of sources. This disagreement can be traced in most cases to either an insufficient time baseline for the current RRFID results, or to apparent component mis-identification in the 2 cm survey results caused by insufficient time sampling. These results emphasize the need for long time baselines and dense time sampling for multi-epoch monitoring of relativistic jets.Comment: 4 pages, To be published in the Proceedings of the 7th European VLBI Network Symposiu

    Economic Factors Influencing Corporate Capital Structure in Three Asian Countries: Evidence from Japan, Malaysia and Pakistan

    Get PDF
    This study is an attempt to determine the factors that influence a firm’s choice of capital structure in three Asian countries: Japan, Malaysia and Pakistan. The specific objective is to investigate if country’s economic factors play a significant role in determining capital structure between markets. These countries are chosen in order to represent three different stages of economic development. Literature review reveals that considerable research has been made in the industrialized countries on the similar topic. Capital structure is one of the most complex areas of strategic financial decision making due to its interrelationship with macroeconomic variables. This study reveals that per capita GNP growth for Japan and Malaysia is significantly related to capital structure of firm and higher economic growth tends to cause to use more long term debt. These results for Pakistan are different from those other two countries. This also shows that inefficiencies coupled with high leverage may entangle Pakistani firms in debt trap. The indicator of prime lending rate is the most decisive factor affecting demand for credit for Japan and Malaysia. It is evident from the analysis that financial liberalization provides major support in the development of capital structure and overall corporate sector in all the three countries.Capital Structure, Business Cycle, Liquidity, Economic Growth

    Pelaksanaan Bimbinganpada Siswa Sekolah Dasar Negeri 40 Banda Aceh

    Full text link
    Bimbingan diberikan untuk mengarahkan dan mengatasi masalah siswa. Masalah tersebut diantaranya malas dan lambat dalam belajar, tidak disiplin, suka berkelahi, dan lain sebagainya. Masalah tersebut diharapkan dapat diatasi oleh guru mengingat tugas pokok guru adalah sebagai pemberi bimbingan. Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pelaksanaan bimbingan pada siswa SD Negeri 40 Banda Aceh, (2) bagaimanakah perkembangan siswa SDN 40 Banda Aceh setelah mendapat bimbingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan yang dilakukan guru pada siswa SDN 40 Banda Aceh dan mengetahui perkembangan siswa SDN40 Banda Aceh setelah mendapat bimbingan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Yang menjadi subjek penelitian adalah 12 orang guru di SDN 40 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.Berdasarkan hasil analisis data peneliti memperoleh informasi bahwa bimbingan yang dilakukan guru mencakup kedalam 4 bidang bimbingan, meliputi bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang bimbingan karier. Pemberian bimbingan bedarsarkan bidang-bidangnya banyak dilakukan dengan memberikan nasehat dan motivasi.Simpulan penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan bimbingan berdasarkan bidang-bidang bimbingan dilakukan dengan berbagai jenis layanan dalam bimbingan dengan menggunakan teknik electic counseling. (2) Hasil bimbingan yang diperoleh adalah Perubahan sikap dan kemampuan yang ditunjukkan siswa ke arah yang lebih baik lagi. Namun perkembangan siswa tersebut tidak dicatat oleh guru secara bertahap. Tapi hanya dilihat secara keseluruhan dari tingkah lakunya

    Pemodelan Lahan Rawa Pasang Surut Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Gis Untuk Penentuan Zona Hidrotopografi (Studi Kasus: Delta Pulau Petak Kalimantan)

    Full text link
    Pengembangan lahan rawa berarti mengubah lahan rawa sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan baru yang cocok untuk pengembangan budidaya pertanian dan pemukiman. Proses pengembangan lahan dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan geography infomation system (GIS) untuk membuat digital elevation model (DEM). Pembuatan model menerapkan metode interpretasi dan rektifikasi citra dengan cara interpolasi irregular pada tiap rona pixcel citra dan mengacu pada data perwakilan dilapangan. Zona-zona hidrotopografi di dapat dengan menganalisis model lahan komparatif terhadap komponen elevasi muka air. Hasil pemodelan menunjukan karakteristik lahan Delta Pulau Petak terbentuk dari dua sungai besar, Sungai Barito sepanjang 139,58 km dan Sungai Murung-Kapuas sepanjang 120,30 km. Batas ketinggian berjumlah 18 klaster dengan ketinggian maksimum mencapai +4 meter dan ketinggian minimum mencapai -18 meter terhadap muka air rerata. Luas lahan 284.936,81 ha dan jarak keliling 298,04 km. Relief topografi lahan relatif datar. Luas wilayah terluapi air pasang berdasarkan bagian zona hidrotopografi untuk zona A mencapai 35% dengan ketinggian air 0,39 meter, zona B mencapai 61% dengan tinggi air 0,96 meter dan zona C mencapai 4% dengan tinggi air 1,32 meter. Kegunaan lain dari model ini dapat membuat sistem manajemen basis data jaringan irigasi pulau petak. Validasi model ini telah dilakukan dilapangan dengan hasil memuaska

    Coherently controlled entanglement generation in a binary Bose-Einstein condensate

    Full text link
    Considering a two-component Bose-Einstein condensate in a double-well potential, a method to generate a Bell state consisting of two spatially separated condensates is suggested. For repulsive interactions, the required tunnelling control is achieved numerically by varying the amplitude of a sinusoidal potential difference between the wells. Both numerical and analytical calculations reveal the emergence of a highly entangled mesoscopic state.Comment: 6 pages, 6 figures, epl2.cl

    Quantum Chaos in the Bose-Hubbard model

    Full text link
    We present a numerical study of the spectral properties of the 1D Bose-Hubbard model. Unlike the 1D Hubbard model for fermions, this system is found to be non-integrable, and exhibits Wigner-Dyson spectral statistics under suitable conditions.Comment: 4 pages, 4 figure

    Impact of Field Experience on Pedagogical Competence of Economic Education Students

    Get PDF
    This study uses a quantitative approach with correlational methods. The technique used in data collection is questionnaire (questionnaire). Data analysis was done using simple regression test. The results of this study indicate the influence of the practice of field experience on the pedagogical potential of prospective students of the Economic Education Study Program of the Faculty of Economics, Gorontalo State University. The result of a simple linear regression equation is the Field Experience Practice of Pedagogical Competence, namely Ŷ = 12.627 + 0.81 X; the equation implies that if there is a change of one unit in the Field Experience Practice variable it will be followed by an average change of 0, 81 on the Pedagogical Compatibility variable. Furthermore, it can be concluded that the degree of relationship between X Variables (Field Experience Practices) and Y Variables (Pedagogic Compatibility) is 82.24%. This means that 82.24% of the variations that occur in variable Y can be explained by Variable X.     Keywords: practice field experience, pedagogic competenc
    • …
    corecore